Bencana dan pendidikan penanggulangan Bencana

0 komentar

Letusan gunung Merapi yang telah menyebakan jatuhnya korban meninggal hingga ratusan dan juga masih menyisakan ribuan pengungsi dimana - mana. Di sisi lain negeri ini juga belum selesai mengurusi korban bencana Banjir di Wasior, kemudian juga Tsunami di Mentawai yang juga menyebabkan korban meninggal dunia maupun harus kehilangan tempat tinggal dan juga sanak saudara. Bencana alam baik Gempa, Tsunami, gunung meletus, banjir dan lainnya seakan sulit dihindari dan bisa datang dengan tiba – tiba .
Fakta – fakta terjadinya bencana dimana – mana dari tahun ketahun mulai dari Tsunami Aceh, hingga letusan gunung merapi yang masih ada sampai sekarang seolah menunjukan peningkatan jumlah terjadinya bencana. Wajar jika negeri ini disebut sebagai negeri yang rawan bencana. Jika kita lihat dari segi Geografis, posisi Indonesia memang berada pada posisi yang rawan bencana. Dimana terletak pada perpotongan 4 lempeng antara Asia Plate, Indonesia Ocean Plate, Australia Plate,dan Pacific Ocean Plate. Tidak salah jika kemudian sering terjadi gempa, bahkan Tsunami sebagaimana yang terjadi di Aceh.
Kepulauan Indonesia juga dilewati pegunungan berapi yang mengakibatkan banyak terdapat gunung berapi dan salah satunya gunung api teraktif di Dunia yaitu gunung Merapi yang telah terjadi proses Erupsi hingga sudah memakan korban ratusan jiwa dan menimbulkan ribuan pengungsi.
Kita tidak bisa mengelak jika bencana yang terjadi adalah juga akibat ulah tangan manusia itu sendiri yang mengakibatkan keadaan alam kita telah rusak parah. Hal inilah yang kemudian menjadikan mudahnya berbagai bencana alam banjir, tanah longsor yang kedatangannya tiba – tiba dan sulit dihindari.
Menurut Sunarto (solopos,6 november 2010) bencana alam maupun lainnya yang ada bisa menjadi laboratorium Pendidikan karakter bangsa, namun seharusnya juga menyadarkan kita untuk bisa sigap menanggapi bencana mengingat negeri kita adalah negeri yang rawan bencana dan bencana juga bisa datang tiba - tiba, kita perlu sebuah Pendidikan Penanggulangan Bencana. Pendidikan penanggulangan bencana inilah yang kemudian diharapkan bisa meminimalisir jatuhnya korban bencana sekaligus sebagai bentuk pencegahan jatuhnya banyak korban. Keberadaan pendidikan penanggulangan bencana ini dirasa memang sangat perlu sekali diadakan.
Lebih lanjut Hermana Somantrie menuliskan bahwa Pendidikan Penanggulangan bencana ini bertujuan agar memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik agar mampu melindungi diri terhadap bencana dan juga mampu memeberikan perlindungan kepada orang lain jika sewaktu – waktu bencana terjadi di kemudian hari.
Jika peserta didik kemudian memiliki kemampuan menyelamatkan dirinya dari bencana yang datang tiba – tiba di negeri ini tentulah korban yang berjatuhan akan lebih sedikit dibandingkan jika mereka samasekali tidak memeiliki pengetahuan samasekali.
Ada 3 model yang ditawarkan, yaitu: pertama, Pendidikan Kebencanaan melalui pengintegrasian program pembelajaran dengan pelajaran tertentu termasuk mata pelajaran muatan lokal. Implikasinya ialah kemudian menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan juga diikuti pembuatan Rencana Program Pembelajaran. Perlu juga penentuan pelaksanaan pembelajaran dan kegiatan untuk memperoleh pengalaman belajar tentang kebencanaan melalui penugasan.
Kedua, pendidikan kebencanaan melalui penyediaan bahan ajar yang berbentuk modul atau paket pembelajaran dan pedoman guru yang secara khusus membahas keunikan dari berbagai macam bencana tanpa terkait dengan mata pelajaran yang lain.
Model ini menuntut jam pelajaran khusus tentang penanggulangan bencana . selain jam pelajaran yang ada pada umumnya sekolah juga memeberikan jam pelajaran khusus dalam tiap minggunya melalui mata pelajaran ini. Diperlukan juga guru yang mampu mengantarkan materi penanggulangan bencana dengan baik.
Ketiga, pendidikan kebencanaan melalui simulasi, Demonstrasi atau Role Playing Model berbagai jenis kebencanaan yang dilakukan oleh sekolah secara periodik. Bisa satu kali dalam tiap semester dalam tiap tahunnya.
Proses pembelajarannya hampir mirip dengan simulasi bencana yang dilakukan dilingkungan sekolah secara bersama – sama. Model ini lebih hemat waktu sebab bisa dilakukan hanya beberapa kali dalam satu tahun tanpa harus membuat mata pelajaran khusus penanggulangan bencana.
Pendidikan penanggulangan bencana ini bisa dilaksanakan mulai tingkatan dasar hingga tingkatan menengah dengan menyesuaikan kurikulum masing – masing agarn semua masyarakat mempunyai pengetahuan yang memadai yang kemudian melahirkan sikap yang tepat dalam menghadapi bencana yang mungkin datang tiba – tiba.
Pendidikan penanggulangan bencana ini tidak akan berjalan maksimal jika masih banyak pihak yang terus menerus merusak dan mengekspoitasi alam lingkungan kehidupan tanpa peduli dampaknya. Sudah sepatutnya semua pihak memiliki kesadaran untuk melestarikan alam sehingga kemudian bencana bisa dicegah.