Logika Perubahan : Antara Logika Politik dan Logika Perbaikan

Dalam sebuah acara FKK LDK se Solo Raya yang bertempat di kampus UNS seorang pembicara mengingatkan tentang bercermin...
sebenarnya kita selama ini bercermin dengan cermin apa??
sebenarnya keberadaan kita dikampusn ini kita cermini dengan cermin apa?
pembicara mengingatkan bahwa kadang kita bercermin dengan cermin cembung maka kita kemudian nampak begitu besar bayangannya padahal aslinya belum tentu. mungkin juga kita kadang bercermin dengan cermin cekung sehingga kita nampak kecil padahal belum tentu, ketika bercermin dengan cermin cembung maka kesombongan yang akan menghiasi. sedang ketika kita bercermin dengan cermin cekung maka sikap rendah diri, pesimis akan mengikuti...
lalu dengan cermin apa?
ada juga yang bercermin dengan cermin datar. maka kanan menjadi kiri, MUNAFIK..
harus dengan cermin apa??
terakhir pembicara menyarankan kita bercermin dengan hati nurani kita. tanyakan kepada hati kita maka disanalah keadaan sebenarnya bisa kita dapati...
begitupula untuk keberadaan kita dikampus selama ini, jangan - jangan kita selama ini salah bercermin... terlalu sering memakai cermin cembung, seolah kita begitu hebat, begitu besar padahal belum ada apa - apanya.. masih banyak yang belum tergarap.
beitupun ketika membahas acara kemarin malam di SMAIT, begitu hebatnya kita berencana, berpolitik, hanya logika politik yang bisa memenangkan pemilu tapi kita tidak bercermin terlebih dahulu,kita tidak melakukan evaluasi terlebih dahulu, atau malah kita sudah terpesona dengan bayangan kita pada cermin cembung...
sehingga untuk pemenangan pemilu hanya mengedepankan logika politik semata tanpa mengedepankan logika perbaikan.
lalu apa bedanya dengan yang lain...
bisa jadi kemenangan kita selama ini memang belum bisa memberikan perbaikan sehingga sudah seharusnya kita diganti. daripada tetap ngotot memenangkan namun mengabaikan logika perbaikan
seharusnya logika perbaikan adalah yang uatama, disanalah niat tulus untuk memperbaiki kampus harus dihadirkan, disanalah kerja cerdas untuk memperbaiki STAIN dilakukan. siapapun akan lebih mudah disentuh hatinya dengan kebaikan...
sehingga kita tidak perlu memikirkan rekayasa politik agar menang.
tulisan ini bukan dibuat untuk mengacau kesatuan namun berharap menjadi kritik bersama agar kita membangun kesadaran bercermin dengan cermin hati sehingga kita tahu kondisi kita sebenarnya. ambisi kita untuk menang tentu akan lebih baik jika diganti dengan ambisi memperbaiki, belajar dari kesalahan, kekurangan dan kemudian kita bisa menguasai sepenuh hati. bukan hanya memenangkan semata..
semoga...
Wallahua'lam bisshawab

0 komentar: