Organisasi Mahasiswa : Mau Dibawa Kemana ?

0 komentar

Membaca tulisan kang Ucup mantan presiden BEM KM ITB 2009 tentang perubahan struktur mahasiswa nampaknya memberikan pencerahan tentang kondisi mahasiswa yang ada dikampus IAIN Surakarta disamping juga keresahan tersendiri tentang perubahan orientasi mahasiswa. Juga eksistensi sebuah Organisasi Mahasiswa baik BEM maupun UKM ke depan yang mau dibawa kemana?.

Meski tulisan tersebut memiliki bias kondisi kampus ITB namun pada beberapa hal ada kesamaan yang bisa memahamkan tentang kondisi mahasiswa kita. Salah satunya adalah perubahan orientasi pada mahasiswa. Mahasiswa saat ini seperti sebuah cash flow di dalam kampus, dimana ia masuk dan keluar tepat waktu dan tidak memikirkan hal lain selain belajar, dan belajar. Orientasi yang dimiliki mahasiswa saat ini kebanyakan hanya seputar bagaimana ia dapat mendapat IP tinggi, lulus cepat dan dapat kerja di perusahaan dengan gaji besar atau menjadi PNS. Hal ini juga sama terjadi pada mahasiswa IAIN banyak yang cenderung Study Oriented Only. Sehingga banyak organisasi mahasiswa yang orangnya itu – itu saja.

Hal Ini didukung pula kebijakan kampus untuk lulus cepat dan biaya kuliah setiap tahun semakin naik. Hampir tidak ada jam khusus yang disediakan bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri melalui organisasi. Selama satu minggu full hanya digunakan untuk jam – jam kuliah. Bisa dipastikan semakin lama organisasi Mahasiswa semakin tidak diminati bahkan mati. Mahasiswa lebih memilih study oriented only dan khawatir jika bergabungnya di organisasi mahasiswa menjadikan kuliahnya terganggu dan IPnya njeblog.

Perubahan orientasi tersebut sudah begitu mengakar dan nampaknya dilatarbelakangi pola pikir pragmatis baik mahasiswa maupun orang tua bahwa kuliah hanya untuk mencari kerja bukan mencari ilmu sebagaimana yang Islam ajarkan. akan tetapi disisi lain jika perubahan orientasi terus berjalan maka lama – kelamaan akan banyak lulusan yang hanya memiliki Hard Skill mengingat dalam kurikulum kita pemasukan muatan soft skill sangat sedikit dan lewat organisasi mahasiswa, soft skill semisal jiwa kepemimpinan, bekerjasama dalam sebuah kelompok, kemampuan berkomunikasi bisa didapatkan. Mengutip pendapat Aditia Sudarto (kompas, 19 febuari 2010) menyatakan, “padahal , Skill teknis berdasarkan nilai akademis saja hanya berpengaruh 10 persen saja untuk karir mereka setelah lulus, sebaliknya karir lebih mengutamakan soft skill. Bisa dipastikan akan banyak lulusan yang susah terserap dunia kerja dan menjadi pengangguran “berdasi” jika selama kuliah hanya mencari IP tinggi semata.

Mau di bawa kemana?.

Pemahaman bahwa keaktifan di organisasi yang seolah menjadikan mahasiwa menjadi terganggu kuliahnya perlu dirubah perlahan mengingat masih ada aktivis organisasi yang kemudian menjadi telat lulus. Kampus dan organisasi keduanya bukan bersifat bertentangan namun justru bisa saling mendukung. Dari sinilah kemudian Organisasi Mahasiswa harus mampu membaca pasar mahasiswa saat ini dan menawarkan apa yang mereka butuhkan. Ancaman yang telah nampak ini harus mampu diubah menjadi peluang emas jika memang mau tetap eksis ditengah kondisi kampus yang terus berubah.

Sudah saatnya para aktivis organisasi mahasiswa mencanangkan kepada semua anggotanya untuk juga memiliki IP yang tinggi, jangan sampai begitu semangat berdemo memperbaiki negara namun IPnya malah Njeblog. Kiranya Organisasi mahasiswa perlu memberikan program khusus guna meningkatkan IP anggotanya. sehingga organisasi OK kuliahpun OK. dengan begitu image buruk aktivis organisasi bisa perlahan dihilangkan.

Selanjutnya organisasi mahasiswa harus berusaha meramu program kerja yang mampu mengintegrasikan Soft skill disamping kemampuan dasar yang khas dan harus dimiliki oleh setiap anggotanya. Bukan hanya membuat program kerja yang copy paste dari tahun sebelumnya yang miskin muatan soft skill. Sebab Soft Skill memiliki prosentase besar dalam karir mahasiswa setelah lulus. Harapannya ini bisa menjadi daya tarik bagi mahasiswa lainnya untuk ikut bergabung.

Terakhir Organisasi mahasiswa juga bisa mengaplikasikan ilmu – ilmu yang didapat dalam perkuliahan dalam organisasi mahasiswa. Misalnya ilmu desain grafis bisa digunakan untuk membuat pamflet kegiatan yang menarik. Bagi mahasiswa Ekonomi Islam yang mendapat ilmu entrepreneur bisa digunakan dalam pemberdayaan masyarakat jangka panjang dengan membimbing wirausaha yang berkelanjutan. Bukan hanya bakti sosial yang sekali pakai habis. Bagi yang kuliah di tarbiyah bisa mengaplikasikan ilmu psikologi belajar untuk memajukan TPA/TPQ dengan mengajarkan metode mengajar yang tepat. Dan masih banyak lagi lainnya.

Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk menggurui siapapun namun lebih sebagai kumpulan pikiran – pikiran akibat keresahan yang saya alami sebagai aktivis organisasi mahasiswa selama ini. Khususnya juga sebagai tanggungjawab seorang muslim. Ketika melihat “kemungkaran” minimal saya sudah berusaha mengubah dengan tulisan ini. Eksistensi organisasi mahasiswa kedepan mau dibawa kemana ada ditangan para aktivis organisasi mahasiswa untuk segera memperbaiki dan berbenah diri. Terlebih hal ini juga perlu disadari pihak kampus untuk terus mendukung organisasi mahasiswa bukan hanya dalam bentuk pendanaan namun juga hal lain yang bisa mendinamisasi organisasi mahasiswa. Semoga…

OLEH: Budi Santosa (kabid kaderisasi UKM LDK IAIN Surakarta)

tulisan ini juga dimuat di majalah Tekad BEM Jurusan tarbiyah edisi mei 2011

Bidang Kaderisasi, Bidang Terbaik : Sebuah Catatan

0 komentar

Pleno 1 LDK yang berarkhir pada jumat 28 Januari 2011 memberikan sebuah penghargaan sebagai bidang terbaik kepada bidang kaderisasi. Penghargaan ini tentunya bagi bidang kaderisasi bukanlah sebuah hal yang dicita - citakan sebelumnya. Seolah ini membayar apa - apa yang telah kami usahakan sebelumnya dengan kesungguhan.

penghargaan tersebut tentu bukan hal yang secara tiba - tiba. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjadi bidang terbaik.
1. Membuat visi misi yang menggerakan dan harus merasa dimiliki semua anggota bidang.
perlu diketahui bahwa ilmu manajemen modern pada banyak organisasi maupun perusahaan menjadikan visi misi sebagi sebuah hal yang urgen. visi misi benar - benar ditentukan dengan sungguh - sungguh. visi misi inilah yang menggerakkan semua staf maupun pemimpin. visi misi inilah yang menuntun untuk memberikan kerja yang lebih sehingga membantu meenemukan tujuan yang ingin dicapai . sejak awal kami berusaha membuat visi misi yang saya rasa bisa menggerakkan banyak orang. salah satu misi kami
a. Bertekat menjadi Tim yang solid dan mampu bekerja efektif, efesien, dalam nuansa ukhuwah.
b. Menjadi bidang yang berkualitas, untuk mengembangkan organisasi berbasis kebutuhan da’wah.

misi inilah yang kami susun diawal sebelum menentukan proker secara bersama - sama menjadikan kami punya arah yang jelas untuk bergerak kemana.
2. Saling Memahami
secara pribadi saya khawatir ketika awal di bidang kaderisasi dengan tugas memimpin, dengan beberapa karakter yang saya miliki. namun saya bertekad untuk terbuka, memberitahukan bagaimana kepribadian saya dengan harapan bisa dipahami dan juga harapannya kemudian bisa memahami. Kami akui banyak orang hebat di kaderisasi terutama dengan ide - idenya sehingga membuat saya berusaha untuk memahaami, bahwa ide - ide saya tidaklah yang paling baik ada kelemahan juga begitupun temen - temen yang lain. sehingga saya berprinsip untuk menghargai ide dan pendapat masing - masing dan tidak merasa menang sendiri, otoriter.
3. Tumbuhkan kebersamaan
kebanyakan ikhwan bersikap egois terhadap sesuatu terlebih amanah ini. seolah setiap masalah adalah urusan kabid saja yang lain tidak punya urusan. saya menyadari hal ini adalah salah setelah korwat mengingatkan bahwa kaderisasi bukanlah milik antum, tapi milik bersama. dari sinilah kemudian kami berusaha agar setiap agenda bidang adalah agenda bersama, begitupun jika sukses adalah kesuksesan bersama, jika gagal adalah kegagalan bersama. ini bisa menjadi senjata yang ampuh bagi kami untuk terus bekerja meski menghadapi berbagai rintangan yang berat dan menyakitkan. kebersamaan yang kami bangun bukan hanya rapat semata namun lebih jauh dari itu. kami berberapa kali mengadakan agenda bersama bersilaturahmi ke anggota bidang kaderisasi yang kadang juga diselingi rapat. hal ini ternyata juga berefek semakin tumbuhnya rasa kekeluargaan. kami bisa merasakan bahwa kita satu keluarga.
4. Mencontohkan dan terus belajar
Mencontohkan lebih baik daripada hanya memerintahkan saja. bahkan Allah amat murka bagi orang yang mengatakan namun tidak melakukan, Not Action Talk Only. saya selalu berusaha datang awal dalam syuro - syuro dan juga berusaha menyiapkan bahan syuro agar syuro bisa berjalan efektif. selain itu terus belajar tentang banyak hal untuk menyelesaikan masalah yang kami hadapi di bidang kaderisasi, sebagimana slogan kami "Think globaly Act Localy" membuat saya pribadi untuk terus belajar dan juga mencontohkan. berteori dan praktek secara seimbang.
5. Berdo'a kepada Allah
sehebat apapun usaha kita tentu juga harus disertai doa. terlebih Aktivis dakwah kampus, kami menyakini kedekatan kepada Allah memberikan kami energi -energi yang tak pernah habis dalam menghadapi masalah. kami selalu berusaha membangun kedekatan kepada Allah dengan berbagai kondisi, baik syuro maupun lainnya.

semoga beberapa catatan diatas menjadikan kebermanfaatan bagi kita semua khususnya dalam menjadikan kerja bidang kita di LDK benar - benar terbaik yang selanjutnya bisa memberikan kontribusi positif bagi LDK.
katakan....!
amin....

Pendidikan Antipacaran

0 komentar

Da­ta sta­tis­tik da­ri Ya­yas­an Ka­kak me­nun­juk­kan bah­wa eks­ploi­ta­si sek­su­al ko­mer­si­al se­la­ma pe­rio­de Sep­tem­ber 2008-De­sem­ber 2009 ter­ja­di pa­da ka­um pe­rem­pu­an de­ngan fak­tor pen­do­rong ter­be­sar ada­lah ke­ke­ras­an oleh pa­car. Se­dang­kan pe­rio­de Ja­nua­ri-De­sem­ber 2010 se­ki­tar 67% fak­tor pen­do­rong eks­ploi­ta­si sek­su­al ko­mer­si­al di So­lo ada­lah ke­ke­ras­an oleh pa­car. Mes­ki meng­alami pe­nu­ru­nan se­ki­tar 19,2 per­sen pa­da 2010 ini tam­pak­nya ma­sih je­las di sa­na bah­wa pa­ca­ran men­ja­di hal yang cu­kup mem­ba­ha­ya­kan. Hal ini ha­rus men­da­pat per­ha­ti­an se­rius ji­ka eks­ploi­ta­si sek­su­al ti­dak se­ma­kin me­ra­ja­le­la.

Su­dah ada so­lu­si yang di­ta­war­kan de­ngan pen­di­dik­an seks yang ha­rap­an­nya men­ja­di be­kal pe­nge­ta­hu­an pa­ra sis­wa ten­tang seks. Me­mang di si­ni sis­wa bi­sa meng­hin­da­ri seks be­bas ta­pi jus­tru bi­sa mem­bu­ka pe­lu­ang ba­gi sis­wa un­tuk me­la­ku­kan seks de­ngan “aman” se­be­lum me­ni­kah. Di si­si lain, tak bi­sa di­pung­ki­ri per­kem­bang­an tek­no­lo­gi yang ba­nyak mem­be­ri dam­pak ne­ga­tif se­o­lah meng­aja­ri sis­wa un­tuk ber­pa­car­an yang akhir­nya ter­je­ru­mus da­lam free sex.

Di si­ni­lah pe­ran gu­ru aga­ma sa­ngat di­per­lu­kan. Is­lam sen­di­ri ti­dak mem­per­bo­leh­kan ber­pa­car­an apa­la­gi ber­zi­na se­bab zi­na ter­ma­suk do­sa be­sar yang bisa me­ru­sak na­sab (ke­tu­run­an). Tak ha­nya me­la­rang zi­na na­mun ju­ga me­la­rang men­de­kati zi­na (pa­ca­ran) se­bab da­ri si­ni­lah zi­na akan le­bih mu­dah ter­ja­di.

Per­lu di­buat ma­te­ri pe­la­jar­an khu­sus aga­ma yang mem­ba­has ten­tang pa­ca­ran dan ba­haya­nya ba­gi sis­wa. Gu­ru di­tun­tut mam­pu me­ngem­bang­kan ku­ri­ku­lum dan me­nye­suai­kan de­ngan kon­di­si ma­sya­ra­kat se­ka­rang ke­ti­ka pa­ca­ran men­ja­di hal bia­sa ba­gi re­ma­ja bah­kan mung­kin ji­ka ti­dak pa­ca­ran di­ang­gap ti­dak ga­ul. Di sam­ping itu, ba­nyak me­dia da­ri mu­lai te­le­vi­si, film hing­ga in­ter­net yang me­ngam­pa­nye­kan pa­ca­ran.

Pem­be­la­jar­an aga­ma pun ha­rap­an­nya bu­kan ha­nya trans­fer dok­trin tan­pa per­nah me­nying­gung kon­di­si nya­ta ling­kung­an ma­sya­ra­kat. Gu­ru ha­rus mam­pu men­je­las­kan bah­wa se­mua ma­nu­sia pa­da da­sar­nya mem­pu­nyai fit­rah un­tuk men­cin­tai, sa­lah sa­tu­nya ke­pa­da la­wan je­nis. Na­mun, bu­kan ber­ar­ti cin­ta ini di­um­bar se­jak di­ni. Gu­ru ju­ga per­lu be­ker­ja sa­ma de­ngan orang­tua sis­wa da­lam mem­per­bai­ki akh­lak sis­wa. Bi­sa ja­di, pe­nye­bab pa­ca­ran ka­re­na sis­wa ti­dak per­nah men­da­pat ka­sih sa­yang yang cu­kup da­ri orang­tua ka­re­na me­re­ka si­buk de­ngan urus­an­nya. Orang­tua me­ra­sa cu­kup mem­per­bai­ki akh­lak anak­nya ha­nya le­wat se­ko­lah oleh gu­ru.

Un­tuk men­je­las­kan ba­haya pa­ca­ran, gu­ru ti­dak cu­kup ha­nya men­ce­ri­ta­kan ten­tang ki­sah-ki­sah pa­ra pe­zi­na yang men­da­pat hu­kum­an. Da­ta LSM mau­pun ha­sil pe­ne­li­ti­an lain yang re­le­van ju­ga di­sam­pai­kan agar le­bih mu­dah di­te­ri­ma sis­wa.

Jadi konselor

Gu­ru per­lu me­ma­hami bah­wa ba­nyak sis­wa yang ber­pa­car­an bu­kan un­tuk me­la­ku­kan per­zi­na­an se­ma­ta. Bi­sa ja­di, pa­ra sis­wa ha­nya ter­pe­nga­ruh ling­kung­an se­hing­ga gu­ru ti­dak ha­rus lang­sung me­mak­sa pa­ra sis­wa un­tuk me­mu­tus­kan pe­ri­la­ku itu. Gu­ru ju­ga bi­sa ber­tin­dak se­ba­gai kon­se­lor un­tuk me­ne­ri­ma ke­luh­an mau­pun ma­sa­lah pa­ra sis­wa khu­sus­nya ber­pa­car­an.

Per­lu di­ingat bah­wa jam pe­la­jar­an aga­ma yang ha­nya dua jam se­pe­kan ti­dak­lah cu­kup un­tuk men­ja­ga akh­lak sis­wa. Mung­kin sis­wa di se­ko­lah ti­dak ber­pa­car­an na­mun ke­ti­ka di lu­ar se­ko­lah, ke­ada­an­nya ber­ubah se­ba­lik­nya.

Hu­kum­an bi­sa di­be­ri­kan ji­ka di­ke­ta­hui mu­rid me­mang me­la­ku­kan pe­lang­gar­an be­ru­pa hu­kum­an yang men­di­dik. Gu­ru ti­dak bo­leh ber­si­kap meng­ha­ki­mi da­lam me­nge­cek ke­be­nar­an la­por­an pe­ri­la­ku bu­ruk di lu­ar se­ko­lah na­mun te­tap meng­ede­pan­kan ka­sih sa­yang dan adil.

Ter­akhir, apa yang di­la­ku­kan oleh gu­ru ada­lah se­buah pro­ses, bu­kan ha­sil yang bi­sa lang­sung bi­sa ja­di. Ten­tu­nya gu­ru ha­rus me­nya­da­ri bah­wa pe­nga­ruh ling­kung­an yang be­gi­tu ku­at hing­ga men­ja­di­kan sis­wa mu­dah ber­pa­car­an me­nya­dar­kan gu­ru un­tuk te­rus be­la­jar me­ne­mu­kan ca­ra yang te­pat da­lam me­nyam­pai­kan ajar­an Is­lam ini.

Pa­da da­sar­nya ajar­an Is­lam ber­si­fat mo­de­rat dan mam­pu me­nye­suai­kan de­ngan kon­di­si za­man. Na­mun, ka­re­na ke­ma­las­an dan ke­ku­rang­kre­a­ti­fan gu­ru, men­ja­di­kan pen­di­dik­an aga­ma di se­ko­lah ku­rang ber­mak­na. Ji­ka gu­ru ti­dak mau me­la­ku­kan per­ubah­an, bi­sa di­pas­ti­kan la­ma-ke­la­ma­an akan ter­ja­di ke­ru­sak­an yang pa­rah pa­da ge­ne­ra­si mu­da. -

Oleh : Bu­di San­to­sa Ma­ha­sis­wa Ju­rus­an Tar­bi­yah Pro­di PAI STAIN Su­rak­ar­ta.
tulisan ini dimuat di SOLOPOS Edisi 14 Desember 2010

Bencana dan pendidikan penanggulangan Bencana

0 komentar

Letusan gunung Merapi yang telah menyebakan jatuhnya korban meninggal hingga ratusan dan juga masih menyisakan ribuan pengungsi dimana - mana. Di sisi lain negeri ini juga belum selesai mengurusi korban bencana Banjir di Wasior, kemudian juga Tsunami di Mentawai yang juga menyebabkan korban meninggal dunia maupun harus kehilangan tempat tinggal dan juga sanak saudara. Bencana alam baik Gempa, Tsunami, gunung meletus, banjir dan lainnya seakan sulit dihindari dan bisa datang dengan tiba – tiba .
Fakta – fakta terjadinya bencana dimana – mana dari tahun ketahun mulai dari Tsunami Aceh, hingga letusan gunung merapi yang masih ada sampai sekarang seolah menunjukan peningkatan jumlah terjadinya bencana. Wajar jika negeri ini disebut sebagai negeri yang rawan bencana. Jika kita lihat dari segi Geografis, posisi Indonesia memang berada pada posisi yang rawan bencana. Dimana terletak pada perpotongan 4 lempeng antara Asia Plate, Indonesia Ocean Plate, Australia Plate,dan Pacific Ocean Plate. Tidak salah jika kemudian sering terjadi gempa, bahkan Tsunami sebagaimana yang terjadi di Aceh.
Kepulauan Indonesia juga dilewati pegunungan berapi yang mengakibatkan banyak terdapat gunung berapi dan salah satunya gunung api teraktif di Dunia yaitu gunung Merapi yang telah terjadi proses Erupsi hingga sudah memakan korban ratusan jiwa dan menimbulkan ribuan pengungsi.
Kita tidak bisa mengelak jika bencana yang terjadi adalah juga akibat ulah tangan manusia itu sendiri yang mengakibatkan keadaan alam kita telah rusak parah. Hal inilah yang kemudian menjadikan mudahnya berbagai bencana alam banjir, tanah longsor yang kedatangannya tiba – tiba dan sulit dihindari.
Menurut Sunarto (solopos,6 november 2010) bencana alam maupun lainnya yang ada bisa menjadi laboratorium Pendidikan karakter bangsa, namun seharusnya juga menyadarkan kita untuk bisa sigap menanggapi bencana mengingat negeri kita adalah negeri yang rawan bencana dan bencana juga bisa datang tiba - tiba, kita perlu sebuah Pendidikan Penanggulangan Bencana. Pendidikan penanggulangan bencana inilah yang kemudian diharapkan bisa meminimalisir jatuhnya korban bencana sekaligus sebagai bentuk pencegahan jatuhnya banyak korban. Keberadaan pendidikan penanggulangan bencana ini dirasa memang sangat perlu sekali diadakan.
Lebih lanjut Hermana Somantrie menuliskan bahwa Pendidikan Penanggulangan bencana ini bertujuan agar memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik agar mampu melindungi diri terhadap bencana dan juga mampu memeberikan perlindungan kepada orang lain jika sewaktu – waktu bencana terjadi di kemudian hari.
Jika peserta didik kemudian memiliki kemampuan menyelamatkan dirinya dari bencana yang datang tiba – tiba di negeri ini tentulah korban yang berjatuhan akan lebih sedikit dibandingkan jika mereka samasekali tidak memeiliki pengetahuan samasekali.
Ada 3 model yang ditawarkan, yaitu: pertama, Pendidikan Kebencanaan melalui pengintegrasian program pembelajaran dengan pelajaran tertentu termasuk mata pelajaran muatan lokal. Implikasinya ialah kemudian menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan juga diikuti pembuatan Rencana Program Pembelajaran. Perlu juga penentuan pelaksanaan pembelajaran dan kegiatan untuk memperoleh pengalaman belajar tentang kebencanaan melalui penugasan.
Kedua, pendidikan kebencanaan melalui penyediaan bahan ajar yang berbentuk modul atau paket pembelajaran dan pedoman guru yang secara khusus membahas keunikan dari berbagai macam bencana tanpa terkait dengan mata pelajaran yang lain.
Model ini menuntut jam pelajaran khusus tentang penanggulangan bencana . selain jam pelajaran yang ada pada umumnya sekolah juga memeberikan jam pelajaran khusus dalam tiap minggunya melalui mata pelajaran ini. Diperlukan juga guru yang mampu mengantarkan materi penanggulangan bencana dengan baik.
Ketiga, pendidikan kebencanaan melalui simulasi, Demonstrasi atau Role Playing Model berbagai jenis kebencanaan yang dilakukan oleh sekolah secara periodik. Bisa satu kali dalam tiap semester dalam tiap tahunnya.
Proses pembelajarannya hampir mirip dengan simulasi bencana yang dilakukan dilingkungan sekolah secara bersama – sama. Model ini lebih hemat waktu sebab bisa dilakukan hanya beberapa kali dalam satu tahun tanpa harus membuat mata pelajaran khusus penanggulangan bencana.
Pendidikan penanggulangan bencana ini bisa dilaksanakan mulai tingkatan dasar hingga tingkatan menengah dengan menyesuaikan kurikulum masing – masing agarn semua masyarakat mempunyai pengetahuan yang memadai yang kemudian melahirkan sikap yang tepat dalam menghadapi bencana yang mungkin datang tiba – tiba.
Pendidikan penanggulangan bencana ini tidak akan berjalan maksimal jika masih banyak pihak yang terus menerus merusak dan mengekspoitasi alam lingkungan kehidupan tanpa peduli dampaknya. Sudah sepatutnya semua pihak memiliki kesadaran untuk melestarikan alam sehingga kemudian bencana bisa dicegah.

Merawat Tujuan Dakwah Kampus

0 komentar

Memahami tujuan dakwah kampus membutuhkan proses yang cukup panjang. Sebab memahami bukan hanya cukup mengetahui dari membaca tulisan atau mendengar tausiyah seseorang ustad, Terlebih tujuan dakwah kampus.
Tujuan utama dari Dakwah kampus adalah adanya suplai alumni yang berafiliasi kepada Islam, dan optimalisasi peran kampus dalam upaya mentransformasi masyarakat menuju masyarakat Islami. Tujuan inilah yang seharusnya senantiasa kita pahami. Bukan hanya cukup diketahui saat kajian semata apalagi sampai kita tidak mengetahui sama sekali.
Mengapa? Kadang berbagai proses selama di kampus khususnya beramal diorganisasi dakwah dengan berbagai agenda. Banyak syuro, proker yang tidak berjalan, teman yang keluar dari organisasi membuat tujuan yang begitu penting ini kian luntur. Kita jadi lupa bahkan kehilangan tujuan dakwah kampus yang lebih urgen oleh persoalan kecil yang seolah besar, atau mungkin memang kita besar – besarkan.
Benar apa yang dikatakan oleh pembicara materi kaderisasi saat acara sekolah LDK beberapa bulan yang lalu di UNS. Bahwa: “keberhasilan sebuah LDK adalah diukur seberapa banyak alumninya yang masih mau berdakwah setelah lulus kuliah, bukan hanya dari proker yang dilaksanakan”. Buat apa kita sukses melaksanakan minimal 75 persen dari proker namun ternyata setelah lulus tidak ada yang mau berdakwah di masyarakat umum. Hal ini bukan berarti bahwa proker ataupun agenda di LDK tidak perlu. Justru selama dikampus menjadi kawah candradimuka bagi kita. Disanalah tempat kita untuk menggembleng segala potensi untuk mempersiapkan diri dengan menjalankan berbagai agenda dakwah kampus entah itu proker atau lainnya agar siap berdakwah di masyarakat. Bukankah keburukan yang terorganisir bisa mengalahkan kebaikan, maka organisasi dakwah (LDK) menjadi kita butuhkan.
Merawat tujuan dakwah kampus menjadi amat penting. Sebab semakin hari nuansa kampus semakin berubah. Beribu masalah senantiasa ada. Berpuluh proker menanti untuk di laksanakan. Akankah kita senantiasa focus pada kelemahan kita, sehingga membuat lemah, membuat pesimis dalam organisasi dakwah kita. Akankah kita membiarkan persoalan kecil di bidang masing – masing membuat lupa akan tujuan utama bahkan menjadi alasan untuk meninggalkan dakwah yang mulia ini. Haruskah persoalan pribadi kita kadang menjadi penyebab kita mementingkan tujuan pribadi yang cenderung sementara dan kehilangan tujuan utama.
Sadar ataupun tidak hal – hal yang menyebabkan matinya, hilangnya tujuan utama akan senantiasa ada. Merawatnya tujuan utama dakwah kampus pada diri kita menjadi penting. Agar proses yang kita lakukan selama dikampus ini tidak sia – sia. Namun justru memberdayakan kita bukan melemahkan kita. Setiap persoalan sepelik apapun akan senantiasa membuat kita semakin yakin dan mantap dalam menampaki jalan dakwah ini. Setiap keberhasilan yang ada bisa jadi adalah ujian untuk diri kita terutama tentang tujuan utama apakah masih tertanam ataukah malah kita berganti tujuan lain yang salah. Mari kita nikmati segala kekurangan, segala masalah ini, segala aktivitas di LDK sebagai pemupuk semangat kita, penguat niat kita, sebagai sesuatu yang mampu merawat tujuan utama dakwah kampus hingga kita lulus dan mengantarkan dakwah di masyarakat. Selamat merawat tujuan dakwah kampus kita.

MUSYANG IX LDK STAIN Surakarta : Sebuah Refleksi

0 komentar


Aula SMA IT Nur Hidayah telah memilih menjadi fragmen menyejarah bagi bergulirnya roda kepemimpinan LDK STAIN ke depan. MUSYANG IX yang dimulai hari sabtu 29 mei 2010 pukul dua siang menjadi titik tonggak penting dalam perjalanan sejarah LDK itu sendiri.
MUSYANG IX sebagai bagian terpenting dalam LDK harus terkurangi nilainya. Seakan hal itu sebagai urusan sebagian anggota LDK semata. Sungguh memang apa yang dikatakan salah seorang peserta angkatan 2009 bisa menjadi kritik internal terkait sedikitnya peserta baik pengurus maupun anggota yang menghadiri.Banyak faktor memang yang menyebabkan kenapa MUSYANG IX menjadi berjalan kurang maksimal.
Faktor pertama, dalam sejarahnya setiap kali MUSYANG LDK ada kecenderungan yang menghadiri adalah sedikit orang saja, entah itu pengurus maupun anggota. Sebagimana tahun kemarin, yang dihadiri oleh pengurus yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Maka ini menjadi masalah tersendiri yang masih sulit untuk dipecahkan. Ibarat wis gawan bayi. Tapi tentu ada jalan untuk memperbaikinya.
Faktor kedua, terkait waktu untuk MUSYANG tahun ini sempat tertunda disebabkan tanggal yang dipilih sebelumnya bertepatan dengan KKL jurusan Tarbiyah yang mengharuskan banyak pengurus khususnya jurusan tarbiyah tidak bisa hadir. Akhirnya dipilih tanggal 29 -30 mei. Kita tahu jumat tanggal 28 adalah bertepatan hari libur, menimbukan rasa malas tersendiri untuk ke kampus terlebih sabtu juga cuti bersama. Selain itu dominasi mahasiswa STAIN adalah pulang ke rumah masing – masing. Tentu hal berat jika harus ke kampus hanya ikut MUSYANG apalagi bagi mereka yang belum punya kedsadaran baik terhadap LDK. Selain faktor tersebut, adalah kurang maksimalnya panitia dalam mengundang peserta terlebih pada level anggota . tidak semua mendpat undangan resmi, hanya sms. Maka akhirnya bisa kita dapati MUSYANG dihadiri sedikit peserta.
Kritik salah satu peserta MUSYANG kedepan harus benar – benar kita pikirkan, agar sejarah buruk ini tidak terulang lagi. Mungkin ada keinginan, ide berharga, pikiran membangun dari peserta yang tidak bisa hadir. Bukankah secara tidak langsung menzolimi hak mereka..
Secara proses MUSYANG IX bisa berjalan lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang menurut pengakuan pengurus sendiri cenderung formalitas belaka. Kita mengakui angkatan 2009 lebih baik daripada angkatan sebelumnya. Daya kritis mereka juga lumayan lebih baik, bahkan mampu memberikan penilaian yang objektif. Namun sayangnya rentang semangat, fisik, pikiran peserta semakin menurun jika MUSYANG semakin lama berjalan. Akhirnya pada pembagian akhir cenderung tidak objektif, karena sudah capek sekali. Kedepan panitia harus menyediakan waktu istirahat yang baik agar MUSYANG bisa berjalan dengan baik sampai akhir. Jangan hanya baik diawal namun rusak diakhir.
Setiap kali MUSYANG terutama evaluasi ketum. Nampaknya memiliki unsur yang tidak bisa dirubah. Pihak yang dievaluasi memiliki keinginan agar evaluasi diterima sedangkan pihak evaluator semaksimal mungkin melakukan evaluasi yang akhirnya memilih LPJ ditolak atau dikatakan tidak berhasil.
Hal seperti ini akan terus berlanjut sampai kapanpun. Terlebih jika pihak yang dievaluasi berkinginan LPJ diterima agar kedepan organisasi tersebut tercitrakan dengan baik. Semua sayangnya yang terpenting bukan LPJnya namun proses sebelum itu, kerja sesungguhnya. buat apa LPJ dibaik – baikan namun nyatanya selama kepengurusan ternyata buruk. Tanyakan kepada hati nurani.
VISI,MISI ketua Umum nampaknya tidak harus disampaikan pada saat itu juga, sebab membuat visi misi bukanlah hal yang instan satu jam jadi. Tentu butuh pemikiran lebih lanjut, lebih mendalam dengan analisis yang baik. Jika harus disampaikan saat itu juga semua yang bisa masuk calon hendaknya disuruh mempersiapkan jauh – jauh hari, entah mereka mau menjadi ketua maupun tidak manjadi ketua.
Semua tidak ingin kedepan MUSYANG masih berjalan seperti itu – itu saja, Formalitas semata. Bisa jadi inilah penyebab kenapa LDK susah diajak sungguh – sungguh karena kita memulai dari awal yang tidak sungguh – sungguh. Wallahu a’lam

Logika Perubahan : Antara Logika Politik dan Logika Perbaikan

0 komentar

Dalam sebuah acara FKK LDK se Solo Raya yang bertempat di kampus UNS seorang pembicara mengingatkan tentang bercermin...
sebenarnya kita selama ini bercermin dengan cermin apa??
sebenarnya keberadaan kita dikampusn ini kita cermini dengan cermin apa?
pembicara mengingatkan bahwa kadang kita bercermin dengan cermin cembung maka kita kemudian nampak begitu besar bayangannya padahal aslinya belum tentu. mungkin juga kita kadang bercermin dengan cermin cekung sehingga kita nampak kecil padahal belum tentu, ketika bercermin dengan cermin cembung maka kesombongan yang akan menghiasi. sedang ketika kita bercermin dengan cermin cekung maka sikap rendah diri, pesimis akan mengikuti...
lalu dengan cermin apa?
ada juga yang bercermin dengan cermin datar. maka kanan menjadi kiri, MUNAFIK..
harus dengan cermin apa??
terakhir pembicara menyarankan kita bercermin dengan hati nurani kita. tanyakan kepada hati kita maka disanalah keadaan sebenarnya bisa kita dapati...
begitupula untuk keberadaan kita dikampus selama ini, jangan - jangan kita selama ini salah bercermin... terlalu sering memakai cermin cembung, seolah kita begitu hebat, begitu besar padahal belum ada apa - apanya.. masih banyak yang belum tergarap.
beitupun ketika membahas acara kemarin malam di SMAIT, begitu hebatnya kita berencana, berpolitik, hanya logika politik yang bisa memenangkan pemilu tapi kita tidak bercermin terlebih dahulu,kita tidak melakukan evaluasi terlebih dahulu, atau malah kita sudah terpesona dengan bayangan kita pada cermin cembung...
sehingga untuk pemenangan pemilu hanya mengedepankan logika politik semata tanpa mengedepankan logika perbaikan.
lalu apa bedanya dengan yang lain...
bisa jadi kemenangan kita selama ini memang belum bisa memberikan perbaikan sehingga sudah seharusnya kita diganti. daripada tetap ngotot memenangkan namun mengabaikan logika perbaikan
seharusnya logika perbaikan adalah yang uatama, disanalah niat tulus untuk memperbaiki kampus harus dihadirkan, disanalah kerja cerdas untuk memperbaiki STAIN dilakukan. siapapun akan lebih mudah disentuh hatinya dengan kebaikan...
sehingga kita tidak perlu memikirkan rekayasa politik agar menang.
tulisan ini bukan dibuat untuk mengacau kesatuan namun berharap menjadi kritik bersama agar kita membangun kesadaran bercermin dengan cermin hati sehingga kita tahu kondisi kita sebenarnya. ambisi kita untuk menang tentu akan lebih baik jika diganti dengan ambisi memperbaiki, belajar dari kesalahan, kekurangan dan kemudian kita bisa menguasai sepenuh hati. bukan hanya memenangkan semata..
semoga...
Wallahua'lam bisshawab

Melawan Status Quo Dakwah Kampus

0 komentar

Mendengar kata status quo mungkin terdengar masih asing. bahkan saya sendiri belum tahu maknanya secara tepat seperti dalam kamus. setidaknya saya pernah membaca pad sebuah file pdf. status quo ialah melakukan sesuatu hal yang lama dengan cara lama dan untuk hasil yang baru.
banyak orang yang tidak suka status status quo, termasuk Mantan Ketua LDK SALAM UI yang kemudian di tiru oleh bebapa LDK dikampus lain.
status quo menolak prinsip hayawi atau dinamis yang ada pada dakwah. dakwah tidak boleh bersifat Monoton (sarana) hanya isinya yang harus tetap sesuai quran dan sunnah. bagitu pula model dalam LDK kita.
tapi apakah kita melakukan status quo???
pertanyaan ini silahkan tanyakan pada diri antum wa antumna, benarkah LDK masih menerapkan Status Quo. kita masih memakai model lama, untuk hasil yang baru. kita memasukan semua anggota untuk menjadi pengurus namun kita tidak ingin nanti banyak yang aktif.
saya tidak ingin menjustifikasi jika kita masih melakukan status quo, namun ingin bersama mengevaluasi untuk yang lebih baik agar LDK tetap dinamis. setidaknya apa yang dilakukan oleh Ketua LDK SALAM UI, yang memberi hasil begitu baik bagi LDKnya adalah pelajaran penting yang bisa kita ambil.
satu kata lawan ststus quo Dakwah Kampus.
hehehe

Keunikan LDK PTAIN

0 komentar

SEBENARNYA apa perbedaan antara LDK di kampus umum semisal UNS, UI dengan LDK pada PTAIN khususnya di STAIN Surakarta?. Tak banyak mungkin yang memikirkan kesana,samapai sekarang saya juga masih memikirkan seperti apa sih bedanya. sebab saya lihat sampai sekarang kita banyak mengadopsi model dari kampus lain yang umum tanpa melakukan penyesuaian.
Ibarat mencari jati diri maka hal ini layaknya perlu dipikirkan bersama. agar kita tahu dan mempunyai jatidiri kita sebagi LDK pada kampus berlabel PTAI. sebab inilah yang akan menentukan keunikan LDK kita.
Yusuf menulis dalam buku barunya yang berjudul "analisis instan problematika dakwah kampus" tentang strategi dakwah kampus di perguruan tinggi khusus. dia menyebutkan ada sekitar 8 jenis kekhasan perguruan tinggi. salah satunya PTAIN, dia mencontohkan LDK pada PTAIN bisa jadi tidak ada manfaatnya sebab banyak mahasiswa sudah paham Islam maka diperlukan pola khusus dimana LDK menjadi pusat Inkubasi pemikiran Islam, barulah banyak mahasiswa yang mengikuti karena disana mereka bisa belajar agama lebih advance. selain itu mungkin kader LDK harus paham beberapa kitab - kitab Islam, memiliki hafalan beberapa juz.
jika dilihat pada konteks prakteknya khususnya di STAIN Surakarta nampaknya ada yang kurang tepat. sebab input mahasiswa tanpa seleksi artinya pemahaman islamnya beragam dan tidak membuka kemungkinan justru pemahaman buruk. kedua kondisi perilaku mahasiswa ternyata meski di PTAIN namun juah dari perilaku Islami. dua hal inilah nampaknya yang menjadikan LDK tetap laku meski mengadopsi model kampus Umum.
namun wacana kedepan jika STAIN benar - benar menjadi IAIN bisa jadi input mahasiswa benar - benar memiliki pemahaman yang baik sebab mereka telah diseleksi.bisa jadi LDK tidak laku, perlu konsep baru yang relevan agar LDK tetap dinamis, eksis meski manjadi IAIN kecuali jika pihak kampus masih saja berorientasi pada kuantitas bukan kualitas.
yusuf menawarkan strategi membangun model LDK pada kampus berciri Khusus termasuk PTAIN.
1. kenali medan kampus
yakni mengenali kekhasan kampus
2. menemukan Potensi pendekatan Potensi dakawah.
3. menentukan profil kader yang dibutuhkan
4. tidak mengikuti pola dakwah pada umumnya
5. trial and erorr
(lebih lengkap bisa baca bukunya)
perubahan itu pasti maka kita harus siap menghadapi perubahan itu. setidaknya usulan pleno II dari bidang syiar untuk juga mengkaji kita nampaknya sesuai untuk menuju kearah sana. menuju keunikan model LDK kita. agar LDK tetap eksis, laku dan diminati mahasiswa.
siap berubah?????