Kartini

Kartini

Selamat hari kartini bagi yang merayakan tentuya.
Semoga tulisan ini tidak telat, untuk ikut mengenang sisi lain surat – surat kartini. Awalnya saya tertarik dengan tulisan pada sebuah koran. Mungkin saja kalian tertarik membaca tulisan saya. Apalagi salah satu surat kartini yang isinya bernuansa penolakan secara halus terhadap “ajakan” untuk mengikuti kepercayaan si penulis surat: “yakinlah nyonya bahwa kami akan selalu memeluk agama kami yang sekarang”. Surat ini ditunjukan kepada Ny Van kohl, 21 juli 1902. Selain itu pada 12 oktober kartini juga menulis : “kami ingin mengabdi kepada tuhan bukan kepada orang” dan kepada Ny Abendanon lah surat ini ditujukan.
Sayangnya surat kepada sahabat yang memberikan jawaban tegas jarang di tampilkan. Paling baru membaca kali ini. Itupun belum mengerti maksudnya.
Sebetulnya surat – surat seperti di atas jarang kita temui sebab memang telah diseleksi sesuai kepentingan belanda pada waktu itu (kristenisasi dll) agar membentuk opini publik yang baik.
Bila sempat membaca surat kartini yang sudah di seleksi kita akan tahu bahwa sahabat kartini banyak yang mempengaruhi. Salah satunya mempengaruhi agar tidak menikah dengan bupati rembang
dengan iming – iming berupa beasiswa.
Tak perlu banyak kata lagi. Ibu kita kartini pendekar bangsa
Pendekar kaumnya untuk merdeka.
Kartini memang teladan kita. Dia tidak hanya mengajari pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan dan mengajari kita bagaimana tetap teguh memegang prinsip ditengah politik strategis penjajah belanda. Namun kartini memiliki perjuangan lain yang tersembunyi, yang tak kalah beratnya, kita patut menghormati.

0 komentar: